#FutureShaper 5 : Mengilhami , Mengispirasi , dan Menggerakkan dengan VISI


Oleh: Muhammad Ghufron Mustaqim

Suatu hari di Bulan Desember 2012 lalu saya bertemu dengan teman baru yang bernama Afandi. Dia baru saja lulus dari sebuah universitas di Yogyakarta—sebuah universitas yang menurut beberapa kalangan dianggap tidak bergengsi. Jujur, teman saya ini dari luar kelihatan tidak meyakinkan dan sangat pemalu. Bahkan mungkin teman-teman bisa menganggapnya remeh ketika bertemu dengannya. Tetapi apabila kita mengenal lebih dekat Afandi, dia bukanlah seorang anak muda sembarang, dia sangat kreatif dan luar biasa.

Afandi berhasil menginisiasi Lendabook.co, sebuah inisiatif yang menyediakan web platform bagi para avid readers untuk saling bertukar buku. Lendabook.co, atau yang saya biasa menyebutnya social media platform bagi para penggemar buku, mulai dikembangkan pada November 2011 dan online versi beta pada Juni 2012.  Saat ini sudah sekitar 2.000 orang memanfaatkan web platform-nya dengan total transaksi pinjam-meminjam antar users sekitar 520 kali. Silahkan teman-teman mencoba manfaatkan web application ini!

Inisatif kreatif ini bermula dari keinginan Afandi untuk membantu teman-teman yang ingin saling meminjamkan buku. Dia berpikir banyak dari kita para pecinta buku, biasanya setelah kita selesai membaca kita geletakkan saja di rak buku, tidak dimanfaatkan. Padahal akan lebih bermanfaat apabila buku itu bisa dipinjamkan untuk beberapa saat dan bisa dinikmati oleh para penggemar buku lain. Hal ini pastinya akan lebih menghemat pengeluaran karena kita tidak perlu beli buku baru untuk bisa menikmatinya karena kita bisa pinjam dari teman kita yang sudah punya. Afandi kemudian cerita dengan beberapa teman-teman terdekatnya tentang idenya ini dan ternyata beberapa diantara mereka sangat tertarik dan mendukung. Dibantu oleh teman-temannya, akhirnya Afandi bisa membangun Lendabook.co ini.  

Saya punya cerita menarik lain dari Jessica Jackley, seorang wanita muda yang cantik dan lahir dari keluarga kaya di California, Amerika Serikat. Sejak kecil ia gemar membantu para gelandangan yang biasa ia temui di jalan. Ketika habis kuliah, Jessica Jackley pergi ke Afrika Timur selama tiga bulan pada tahun 2003-2004.  Di Kenya, Uganda, dan Tanzania  dia bertemu dan bercakap-cakap dengan para village entrepreneurs.  Dia ingin melihat bagaimana small grants, hanya sekitar Rp 100.000  yang ia berikan dapat membantu dan merubah para pengusaha-pengusaha kecil tersebut di desa.

Jessica Jackley sangat tersentuh melihat impact dari pendekatan tersebut. Dia melihat bagaimana dengan small grants tersebut para pengusaha semakin mendapat profit. Ada dari mereka yang kemudian bisa mensekolahkan anaknya, bisa tidur di matras (yang sebelumnya tidur tidak beralas), beli ikan untuk lauk dsb. Pengalamannya itu membuat dia yakin bahwa melalui pendekatan microfinance, kita bisa mengubah nasib hidup para struggling entrepreneurs in villages. Ia menuangkan visi membantu poor entrepreneurs  tersebut, bermodalkan laptop dan keyakinan yang tinggi, ke dalam sebuah crowd funding platform Kiva.org, sebuah situs untuk mengkoneksikan social investors dengan para village entrepreneurs. Silahkan teman-teman dengan cerita langsung darinya di TED tentang “Poverty, Money and Love.”

Pada April 2005, ia memulainya dengan mengirim email deskripsi Kiva.org dan misinya kepada 300 teman-temannya. Dalam dua hari, Kiva.org bisa mengumpulkan $3,500 (sekitar Rp 35 juta) untuk membantu tujuh village entrepreneurs di Afrika. Pengalamannya ini membuatnya bertambah yakin bahwa Kiva.org pada jalur yang benar dan akan memberi manfaat besar. Sampai saat ini, Kiva.org telah berhasil meminjamkan $408,808,600 (sekitar Rp 4 trilyun) dari lebih dari 890.000 investors kepada lebih dari 990.000 pemijam (village entrepreneurs).  Sangat fantastis bukan?!

Lesson learned dari kedua cerita di atas adalah baik Afandi maupun Jessica Jackley kedua-duanya memiliki visi yang meyakinkan. Jessica Jackley, dengan visi membantu poor entrepreneurs, berhasil mengilhami dan menggerakkan ratusan ribu orang untuk bersama-sama mengumpulkan uang membantu para pengusaha kecil.  Lebih dari Rp 4 trilyun terkumpul sampai saat ini untuk membantu mendekati satu juta peminjam dari berbagai Negara di Indonesia.  Afandi, dengan visi untuk membantu para penggemar buku menginspirasi 15 teman-temannya untuk ber-volunteer merealisasikan visi tersebut. Dan lebih dari 1900 orang merespon positif inisiatif tersebut dengan menggunakannya. Dan inilah salah satu trait paling mendasar bagi para pemimpin, mereka harus memiliki visi. Karena dengan visi itu mereka bisa menginspirasi, mengilhami, dan menggerakkan orang-orang disekitarnya.

Visi adalah cita-cita untuk keidealan suatu kondisi tertentu di sekitar kita. Biasanya kita memiliki visi karena kita melihat suatu masalah yang menyentuh hati kita dan kemudian menggerakkan kita untuk bisa melakukan sesuatu demi menyelesaikan permasalahan tersebut dan mengubahnya kepada kondisi yang ideal menurut kita. Hanya orang yang memiliki visi yang layak dan akan berhasil menjadi pemimpin. Karena dengan kepemilikan visi tersebut, mencerminkan bahwa orang yang memilikinya mempunyai bayangan atas kondisi yang lebih baik atas sebuah persoalan yang mungkin banyak orang lain tidak atau belum menyadarinya. Hanya dengan memiliki visi itulah para pemimpin bisa mendapatkan pengikut-pengikut karena orang-orang lain tertarik dengan diri kita terutama bukan karena factor kitanya sendiri, melainkan lebih karena mereka terbeli dengan visi atau cita-cita yang kita miliki. Dengan kata lain, visi adalah sesuatu yang dijual oleh para pemimpin sebagai inspirasi, ilham, dan penggerak kepada para pengikutnya.

Saya berpendapat setiap dari kita pantas menjadi pemimpin di lingkungan kita masing-masing, di berbagai level yang kita mampu. Bahkan menurut saya, bagi orang-orang terdidik seperti kita, menjadi pemimpin hukumnya wajib. Karena kita butuh semakin banyak pemimpin di zaman ini, dimana permasalahan-permasalahan disekitar kita semakin banyak dan semakin rumit—permasalahan-permasalahan yang tidak bisa selesai sampai kapanpun apabila kita hanya menunggu pemerintah untuk mengambil tindakan. Itulah patriotisme menurut saya, yakni berani mengambil tanggung jawab, bersedia berkorban, dan tampil menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan disekitar kita.

Saya sangat senang melihat trend positif yang berkembang di anak muda Indonesia saat ini. Banyak diantara kita yang saat ini mulai peduli dengan isu-isu sosial kemasyarakatan dan mencoba membuat proyek atau inisiatif yang kita mampu bisa turut berkontribusi membangun Indonesia lebih baik. Saat ini kita punya sekitar 60 juta anak muda. Apabila ada 5% saja dari anak muda tersebut yang peduli dengan Indonesia dan memiliki sebuah visi tertentu, maka generasi muda kita akan memiliki 12 juta visi yang akan mampu menangani dan harapannya menyesaikan jutaan permasalahan di Indonesia. Bukankah ini sebuah potensi dahsyat?! Maka sebenarnya cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar dan terhormat bukanlah sebuah cita-cita yang utopis apabila kita, sebagai generasi mudanya, aktif turut ambil bagian dalam proses bersejarah ini. Indonesia akan menjadi jauh lebih baik dan ideal apabila kita punya anak-anak muda biasa bervisi inovatif dan kreatif seperti Jessica Jackley dan Afandi.

Sekarang, bagi teman-teman yang beraspirasi menjadi pemimpin, ayo temukan visimu! Lebih sensitif lagi memandang lingkunganmu karena Indonesia ini tidak kekurangan masalah untuk diselesaikan. Tak perlu khawatir mencari bahan inspirasi untuk menciptakan visi. Silahkan baca-baca buku atau artikel biografi orang-orang yang menurutmu hebat dan sukses. Kamu bisa mengambil hikmah tentang apa visi dia di dalam hidup, bagaimana ia sampai kepada visi tersebut, dan bagaimana cerita ketika ia berjuang meraih visinya. Suatu hari nanti di blog ini saya ingin bercerita tentang kalian dan visi kalian, serta apa yang kalian perjuangkan. Karena saya yakin, diantara orang yang membaca blog sederhana ini, pasti akan ada yang menjadi orang penting di republik ini dan akan dikenang oleh orang lain karena visinya. Semoga sukses menemukan visi dan semoga berhasil dalam memperjuangkan visimu. Indonesia menunggu!


#FutureShaper adalah program dari Forum for Indonesia yang merupakan edisi tulisan-tulisan tentang kepemimpinan dan manajemen. Edisi ini ditulis untuk menjadi salah satu bahan inspirasi dan diskusi bagi teman-teman yang ingin mengawali petualangan menjadi pemimpin di lingkungan kita masing-masing.

@FutureShaperID | @forumforID | @GhufronMustaqim


Artikel ini juga bisa dibaca di sini
Post ADS 1
Banner
Banner