Ketika Azan Tak Terbalas

Gemuruh suara mendengungkan lafal Tuhan terdengar jelas di telinga kita. Dari yang di rumah, di kantor, di kampus, bahkan di jalanan sekalipun.

Dan saya yakin, kita tak hanya mendengar satu panggilan azan saja. Seperti di rumah saya, terdengar azan lebih dari lima penjuru toa. Masjid selatan, musholla timur, surau selatan, masjid jamii barat, dan masih banyak. tapi, apa. Yang di rumah masih asyik dengan episode sinetron yang masih mengasyikkan. Yang di kantor tanggung menyelesaikan tugasnya. Apalagi di jalan. Sudah dijebak dengan monster metropolitan bernama panjang, kemacetan tak berujung. Azan hanyalah dianggap penanda kalau waktu sudah jam enam sore lewat. Panggilan azan tak lebih mengasyikkan daripada panggilan pacar saat mengabarkan kerinduannya. Panggilan azan hanyalah penyeling acara tv yang mendebarkan.

Inilah kelemahan kita, kawan. Kerinduan masjid akan jamaahnya adalah ketakutan bangsa yahudi akan kebangkitan islam. Keramaian masjid adalah sebuah mimpi kita, agar islam ini tak dianggap remeh agama lain bahkan pemeluk agama islam sendiri.

Mari kita dengar panggilan Asma Allah, kita jawab. Dan ambil sarung atau mukenah kita. Dan berlarilah, lepaskan semua beban dunia yang ada. Sempitkna dunia dengar tersungkurnya badan kita, mengakui bahwa kita adalah seperpikometer bahkan seper-tak hingga meter materi yang ada di atom bumi ini di Mata-Nya.


dan 
kegamangan umat.
Post ADS 1
Banner
Banner