Fasilitas Bicara Kualitas

Mencerdaskan Kehidupan bangsa adalah poin penting dalam pembukaan UUD 45, seluruh warga negara indonesia berhak untuk mendapatkan pencerdasan yang diselenggarakan oleh negara.tidak ada kasta antara si miskin dan si kaya,si pintar dan si bodoh,si normal dan si berkebutuhan khusus.Semua berhak mendapatkan pencerdasan tanpa terkecuali.namun kini menjadi suatu ironi ketika insan – insan pendidikan sebagai garda terdepan mencerdaskan kehidupan bangsa, terbawa arus komersialiasi pendidikan. Menutut sebuah perubahan,berupa fasilitas mewah dengan alasan kebutuhan. 

“Semakin mahal biaya pendidikan,semakin berkualitas yang dihasilkan”.kalimat ini bukanlah hal yang baru di indonesia.semakin hari kalimat itu semakin tertanam di setiap jiwa bangsa indonesia.dengan berbagai alasan, biaya yang mahal dijadikan alat untuk pembangunan. seolah – olah fasilitas bagus adalah kebutuhan mendesak untuk membentuk sauatu pendidikan berkualitas. 

Sekolah – sekolah dan perguruan tinggi negeri yang memiliki latar belakang pendidikan pun tidak luput dalam arus komersialisasi ini.lagi – lagi kebutuhan fasilitas belajar yang bagus dijadikan alasan menaikan biaya pendidikan.lebih parah lagi jika fasilitas itu dibangun atas dasar gengsi dan menaikkan citra suatu intansi pendidikan dari lingkungan kumuh menjadi lebih terpandang dan dihormati.Mereka memandang kata kumuh itu identik dengan gedung tua,jika hal itu benar mengapa museum – museum dan komplek kota tua dibiarkan kumuh oleh bangsa ini!.Sungguh kita telah menzalimi arti pendidikan ketika hanya memangdang dari fasilitas saja. 

Perguruan tinggi berlatar belakang pendidikan yang kuat(eks-IKIP) seharusnya memahami betul.fasilitas bagu bukanlah segalanya.fasilitas hanyalah sebuah batu bata kecil dari sebuah bangungan yang besar.pada kenyataanya banyak sekali contoh pendidikan yang berhasil tanpa fasilitas mewah.Sekolah Rasulullah contohnya. Apakah para sahabat nabi dididik dengan fasiilitas yang mewah? tentu tidak.Rasulullah mendidik para sahabat dengan membangun suatu budaya pendidikan yang dijadikan pola hidup oleh para sahabat, dan tentu saja dilengkapi dengan suri tauladan. 

Lembaga – lembaga pendidikan yang dibangun pada zama rasulullah murni didasari untuk memajukan pendidikan masyarakat madinah.masjid dan suffah(bangunan yang tersambung dengan masjid) adalah sentral majelis ilmu bagi masyarakat.Kedua bangunan itu dibangun sederhana mungkin dan sangat layak pakai.padahal tidak sedikit sahabat nabi pada saat itu yang kaya – raya dan mampu untuk membangun bangunan mewah untuk memfasilitasi pendidikan di madinah.lagi – lagi haru kita akui fasilitas mewah bukanlah segala –galanya.karena yang dibentuk dalam pendidikan adalah hati, bukan gengsi. 

Peran guru seharusnya diutamakan dalam membangun pendidikan di indonesia.andre hirata dalam buku lascar pelangi & sang pemimpi-nya mengkisahkan betapa pentingnya peran guru dalam membentuk pendidikan yang bermutu.bisa kita lihat betapa banyak sekolah dengan fasilitas mewah malah terkurung dalam pola hidup yang hedonis,dan tidak sedikit sekolah – sekolah sederhana namun menghasilkan siswa – siswi cerdas hati juga cerdas inovasi. 
Seharusnya kita sadar dan tidak lagi mendewakan fasilitas mewah sebagai kebutuhan mendesak dalam pendidikan.sejarah mencatat begitu banyak orang besar terbangun dalam zona ketidaknyamanan.Rasulullah lebih memilih menjauhkan diri dari kemawahan untuk menghidari kelalaian.Umar bin Abdul Aziz lebih memilih hidup sederhana ketika menjadi pemimpin dari pada kehidupnya dahulu yang penuh dengan kemewahan.Ki hajar dewantara meninggalakan gelar dan kemawahan keraton hanya demi terwujudnya indonesia yang merdeka.sudah saatnya kita memahami secara mendasar arti pendidikan yang sesungguhnya dan berkata tidak pada komersialisasi pendidikan.


follow me on twitter @ihsanamuslim

Post ADS 1
Banner
Banner