#FutureShaper 6 : How Do Mentor Change My Life and Why Will They Change Yours?


Bulan Maret-April 2011 lalu adalah awal munculnya ide untuk membangun sebuah organisasi. Waktu itu saya dan sahabat saya, Rifky Wicaksono, sering membicarakan ide tersebut, brainstorming  tentang bagaimana sebaiknya visi dan misi organisasi itu agar dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi orang-orang disekitar kami, sekaligus dapat membantu memberdayakan teman-teman muda Indonesia. Saat itu saya masih semester empat kuliah di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UGM. Sementara Rifky baru semester dua di Fakultas Hukum UGM. Kami merasa bukan siapa-siapa, apalagi untuk membangun sebuah organisasi kepemudaan baru di Indonesia. Kami sempat tidak percaya diri untuk memulai inisiatif ini.
Di tengah-tengah keraguan tersebut, saya dan Rifky meminta nasihat dari kenalan kami, seseorang yang kami hormati dan kami percaya. Dia adalah Kak Togi Pangaribuan. Pada waktu itu Kak Togi tidak bisa kami ajak bertemu langsung karena dia baru mengambil gelar LLM di Harvard Law School, sehingga kami hanya dapat berkomunikasi via email. Di dalam email tersebut, intinya saya dan Rifky mengemukakan rencana kami membangun organisasi kepemudaan dan meminta saran bagaimana sebaiknya organisasi tersebut berkiprah.

Kak Togi menyambut positif rencana ini dan banyak saran-saran yang diberikan Kak Togi. Salah satu yang paling saya ingat adalah: Bangunlah organisasi yang dapat memberikan manfaat riil di masyarakat dan dapat dirasakan langsung oleh mereka. Kami juga meminta Kak Togi untuk menjadi mentor kami sekaligus senior advisor untuk organisasi tersebut. Sungguh dukungan dan saran dari Kak Togi sangat impactful sekali bagi saya dan Rifky—impact yang mungkin tidak disadari oleh Kak Togi sendiri. Dukungan dan kehadirannya sebagai mentor menjadikan kepercayaan diri kami naik drastis dan semakin yakin bahwa apa yang kami rencanakan patut diperjuangkan. Akhirnya, terbentuklah Forum for Indonesia (FFI), sebuah ijtihad perjuangan dan pergerakkan kami untuk Indonesia yang lebih baik.

Disamping berbagai kelemahan dan kekurangannya, saya bersyukur FFI bisa turut mengakomodasi teman-teman muda di berbagai daerah di Indonesia untuk belajar menjadi pemimpin dan belajar hadir sebagai solusi bagi lingkungan di sekitar mereka. Sampai saat ini, FFI memiliki sekitar 300 volunteers di 12 daerah di Indonesia dan telah/sedang mengelola proyek berbasis sosial (pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan professional development) dan berbasis intelektual (talk show, workshop, riset, penulisan dsb) lebih dari 30 proyek/program. Kami belum puas dengan pencapaian ini, tetapi kami yakin, seiring bertambahnya umur, kami bisa tumbuh lebih besar dan dapat berkontribusi lebih signifikan bagi masyarakat Indonesia. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Togi, coach dan mentor untuk saya pribadi dan organisasi, karena mungkin tanpa dukungannya saya dan Rifky tidak percaya diri untuk merealisasikan rencana membangun organisasi tersebut.

Kehadiran coach atau mentor dalam perjalanan kita sebagai calon pemimpin menurut saya sangatlah penting. Coach atau mentor dapat membantu kita mempercepat belajar suatu pengalaman tertentu karena mungkin coach/mentor tersebut pernah mengalami pengalaman yang sama yang ingin kita lalui. Sehingga kita bisa menghemat energi dan waktu, agar tidak mengulangi kesalahan yang pernah coach/mentor kita lalui, menjalani sesuatu secara lebih efisien. Atau apabila coach/mentor tidak memiliki pengalaman yang seperti kita inginkan, setidaknya kehadiran mereka mampu memupuk dan membangun kepercayaan diri kepada kita. Karena mungkin orang-orang ini lebih mengetahui potensi/kemampuan kita sehingga feedback dan support mereka dapat membantu membesarkan hati. Sudahkan teman-teman punya coach atau mentor?

Ada beberapa tips dalam memilih coach atau mentor yang ingin saya bagi:

Pertama, carilah coach/mentor yang dekat dengan kita atau setidaknya reachable. Saya punya teman yang sangat ambisius, baru saja lulus dari UGM. Dia ingin berkarir sebagai ekonom Indonesia dan meminta saya mencarikan mentor untuk dia. Tidak tanggung-tanggung, dia pingin dimentori oleh Ibu Sri Mulyani, Managing Director World Bank. Tentu saya menolak dan memberikan perspektif lain. Memang apabila Ibu Sri Mulyani bisa sangat bagus sekali. Tetapi beliau tidak akan efektif jadi coach/mentor karena tidak reachable, tidak bisa kita kontak dan ajak diskusi sewaktu-waktu. Lagi pula pautan umurnya pun sangat banyak dan posisi beliau sudah sangat tinggi, sehingga komunikasi tidak bisa efektif dan cocok. Lebih baik cari ekonom-ekonom muda yang cemerlang dan masih bisa dijangkau.

Kedua, milikilah coach/mentor yang berbeda untuk aktivitas berbeda yang kita miliki. Misalnya untuk mentor akademis/perkuliahan, kita memilih senior kita yang IPK 4.00 dan lulus 3,5 tahun. Tetapi mentor tersebut tidak terlalu cocok untuk aktivitas lain yang kita miliki, misalnya wirausaha. Sehingga untuk wirausaha kita mencari mentor yang lain. Singkat kata, pilihlah mentor yang memiliki expertise atau pengalamannya mendekati dengan aktivitas spesifik yang kita lakukan atau rencanakan.  

Ketiga, dekati coach/mentor dengan sopan dan straightforward, untuk bisa mencuri hati coach/mentor prospektif sehingga bersedia meluangkan waktu menjadi coach/mentor kita. Biasanya orang yang kita inginkan menjadi coach/mentor sedang berada dalam masa-masa menjadi rising stars. Salah satu ciri rising stars adalah mereka memiliki kecenderungan untuk sombong atau setidaknya ingin mengeksklusifkan diri mereka. Tetapi pada dasarnya mereka itu baik sekali dan ingin berbagi pengalaman.

Riset tentang achievement dan pengalaman calon coach/mentor kita sebagai bahan awal pembicaraan. Dan straightforward  katakana apa yang inginkan dari sang calon coach/mentor, misal mentoring dalam berorganisasi. Sebutkan kenapa alasannya kita memiliki orang tersebut sebagai coach/mentor. Para rising starts memiliki waktu terbatas untuk bertele-tele, sehingga kita sebaiknya straightforward dalam berkomunikasi. Dan apabila orang tersebut sudah menyatakan kesediannya, berkomukasilah secukupnya, secara regular, tetapi jangan terlalu sering—agar kita tidak terlalu menganggunya. Apabila kita mengirim email/sms lama dibalasnya, bersabarlah, karena coach/mentor kita itu adalah orang yang banyak aktivitas.

Ketiga hal di atas adalah prinsip-prinsip utama dalam coaching atau mentorship. Silahkan diaplikasikan prinsip-prinsip tersebut bagi teman-teman yang ingin mencari coach/mentor. Setiap coach/mentor akan berbeda dalam proses memberikan coaching/mentoring kepada kita, sesuai dengan kepribadian dan style mereka masing-masing. Ada coach/mentor yang suka memberikan tantangan bagi kita, ada yang pintar membesarkan hati, ada yang suka mengevaluasi kita agar bisa terus berkembang lebih baik, ada yang pandai memberikan perspektif-perspektif lain sehingga kita dapat mempertanyakan perspektif-perspektif yang kita miliki. Apapun pendekatan dan style coach/mentor, saya jamin akan bermanfaat besar bagi kita.

Saat ini saya memiliki rencana (lebih tepatnya cita-cita) baru, yakni untuk melanjutkan kuliah di Harvard Kennedy School untuk program Master of Public Policy (MPP). Dengan menerapkan ketiga prinsip di atas saya mendapatkan coaches/mentors untuk rencana saya ini. Mereka adalah Kak Pramoda Dei dan Kak Izhari Mawardi, yang saat ini mengambil gelar MPP di HKS, universitas yang saya cita-citakan tersebut. Kak Dei membantu saya untuk lebih percaya diri dengan sharing cerita-cerita yang membesarkan hati dan berbagai tips untuk menjadikan cita-cita itu sebuah kenyataan. Kak Izhari, 180 derajat berkebalikan, membantu saya untuk mempertanyakan diri apakah memang benar-benar qualified dan siap untuk sebuah cita-cita besar itu. Apakah cita-cita ini suatu hari akan tercapai atau tidak, adalah urusan belakangan yang suatu hari nanti akan terjawab. Tetapi dalam proses mentoring ini sendiri, terlepas dari apapun hasilnya, memberikan pengalaman yang sangat unik, tidak ternilai harganya dan mengkayakan.  

Oleh karena itu teman-temanku, apabila kalian ingin mendapatkan pengalaman unik yang tidak ternilai harganya ini, cepat-cepatlah memiliki coach/mentor. Mengapa menunda dan harus menunggu-nunggu waktu yang tepat? Sekarang adalah saatnya, tidak peduli saat ini sedang melakukan atau merencanakan aktivitas apa, tidak peduli pada level apa sekarang, coach/mentor akan merubah kalian menjadi lebih baik sebagaimana para mentors saya memberikan impact positif kepada saya. Saya yakin apabila semakin banyak anak muda Indonesia memiliki coach atau mentor kita masing-masing, semakin tergalilah potensi terbaik kita sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik. Selamat mencoba! 




#FutureShaper adalah program dari Forum for Indonesia yang merupakan edisi tulisan-tulisan tentang kepemimpinan dan manajemen. Edisi ini ditulis untuk menjadi salah satu bahan inspirasi dan diskusi bagi teman-teman yang ingin mengawali petualangan menjadi pemimpin di lingkungan kita masing-masing.

@FutureShaperID | @forumforID | @GhufronMustaqim


Artikel ini juga bisa dibaca di sini
Post ADS 1
Banner
Banner