Emansipasi Perempuan Ala Rohana Kudus



Beberapa waktu lalu bahkan sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menggaung-gaungkan emansipasi perempuan. Banyak pula yang salah mengartikan makna sesungguhnya, sebagian besar menafsirkan secara praktis makna emansipasi perempuan, ‘persamaan hak kaum laki-laki dan perempuan’.

Penafsiran tersebut tidak berlaku bagi Siti Rohana, atau lebih dikenal dengan nama Rohana Kudus. Buatnya, “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang ke semuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”.

Pendidikan Menurut Rohana Kudus

Bagi Rohana pendidikan untuk perempuan itu penting. Mengapa? Karena untuk menjalankan peran, fungsi, dan kodrat perempuan sebagaimana mestinya juga butuh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Itulah emansipasi yang dilakukan dan diperjuangkan Rohana yang tidak menuntut adanya persamaan hak kaum laki-laki dan perempuan, tetapi lebih kepada mengukuhkan peran, fungsi, dan kodrat alamiah perempuan itu sendiri. Hal inilah yang dilakukan Rohana dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia, sekolah perempuan agar bisa membaca, menulis, menjahit, menyulam. Sekolah tersebut mengajarkan pula mengenai pengetahuan umum dan pengetahuan pondasi kehidupan (red:pengetahuan agama).

Rohana sendiri merupakan seorang perempuan yang pada zamannya tidak bisa mendapatkan pendidikan formal karena perempuan Minangkabau waktu itu tidak dikirim ke sekolah dan perempuan saat itu masih dianggap kelas kedua sehingga perempuan pada masa itu tidak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan.


Perjuangan Rohana juga seringkali menemui benturan sosial dengan pemuka adat dan kebiasaan masyarakat Koto Gadang. Namun semangat belajar dan berjuangnya tiada henti, hal inilah yang membuat Rohana memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan. Tak heran jika penulis menyebut ia sebagai pejuang multitalenta tanpa sekolah.

Ia tak hanya memiliki kemampuan dalam berbahasa tetapi juga memiliki keterampilan dalam menjahit, menyulam, merenda, dan merajut. Kemampuannya dalam berbahasa dan ketertarikannya dalam dunia tulis-menulis membuat perempuan kelahiran Koto Gadang ini berkeinginan berbagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan perempuan di

kampungnya, keinginannya ini berujung pada diterbitkannya surat kabar perempuan Soenting Melajoe. Melalui surat kabar inilah Rohana membagikan inspirasi kepada perempuan di daerahnya.

Begitulah Rohana Kudus dengan pemikiran emansipasi perempuannya yang tidak hanya sebuah pemikiran tetapi juga ia merealisasikan bahwa seorang perempuan haruslah menjadi sebagaimana mestinya perempuan, sesuai kodranya.
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Ahzab: 35 )

Listya Kurnia 
Post ADS 1
Banner
Banner