Seni Memimpin dan Akhlak Mulia


Oleh: Muhammad Ihsan





Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‎إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.”

(Shahiih, HR. Ahmad; lihat as-silsilah ash-shahiihah)







AKHLAK mulia adalah tugas yang diusung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam di tengah masyarakat jahiliah yang tandus dari adab. Tidak heran jika sejarah umat Islam semenjak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam hingga saat ini dihiasi oleh kisah-kisah mulia dari orang-orang shaleh. Bahkan dalam perang yang memaksa orang harus berlaku keras, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam tetap memberikan rambu-rambu akhlak dalam berperang.

Dari Anas, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Pergilah kalian dengan nama Allah, dengan Allah dan atas agama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam, jangan kalian membunuh orang tua yang sudah tidak berdaya, anak kecil dan orang perempuan, dan janganlah kalian berkhianat, kumpulkan ghanimah-ghanimahmu, dan berbuatlah mashlahat, serta berbuatlah yang baik, karena sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat baik.” [HR. Abu Dawud].

Begitu juga dengan para pemimpin muslim Indonesia, mereka berusaha dengan teguh memegang apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.

Kisah para pemimpin Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) patut dijadikan teladan bagaimana seorang muslim menjadi pemimpin.

Mantan penasehat penasihat KPK, Abdullah Hehamahua mengisahkan bagaimana Sjafruddin Prawiranegara mengedepankan akhlak dalam memimpin.

“Pak Sjaf, mengapa setelah menjadi Presiden PDRI kemudian mengembalikan mandat?” tanyanya. Bagi Sjafruddin.

“Saudara Abdullah, Masyumi itu Partai Islam. Maka menggunakan akhlak Islam. Bung Karno dan Bung Hatta sudah bebas, jadi saya kembalikan mandat itu,”ungkap sosok yang sangat diniliai sederhana itu. (hidayatullah.com)

Begitu juga dengan tokoh Masyumi lainnya, Muhammad Roem. Saat Roem menjabat Menteri Dalam Negeri, tidak satupun orang Masyumi yang menjadi Gubernur. Lagi-lagi Abdullah bertanya mengenai sebabnya.

“Saudara Abdullah, Masyumi adalah Partai Islam. Menggunakan ketentuan-ketentuan Islam. Kalau tidak ada orang Masyumi di daerah yang memenuhi syarat, untuk apa kita tunjuk jadi Gubernur?” Jawab Pak Roem kepada Abdullah. (hidayatullah.com)

Subhanallah sungguh luar biasa. Mungkin ini hanyalah sedikit dari banyaknya kisah-kisah mulia yang di lakukan oleh para pemimpin Islam yang merindukan Islam tegak di bumi Indonesia. Para pemimpim masyumi telah menjadikan teladan bagaimana seorang muslim berpolitik. Memegang teguh akhak islam dari pada meraih kekuasaan, maka tidak benar jika politik itu kotor, karena yang kotor adalah orangnya bukan politiknya.

Keteladan yang mereka perjuangkan tentunya akan menciptakan kebaikan-kebaikan dimasa yang akan datang.

Itulah yang dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz, dan banyak pemimpin muslim lainya. Mereka memberikan teladan dalam kepemimpinanya. Teladan. Karena mereka yakin keteladanan ini bukan hanya untuk dari dirinya. bagaikan virus yang terus menular.Keteladan itu akan memberikan cahaya dalam kehidupan, kemudian menginspirasi manusia untuk menciptakan satu lagi kebaikan.*

Penulis adala founder Penakasi.com

tulisan ini diterbitkan di Hidayatullah.com


Mari Kita Suarakan Gerakan ini


Post ADS 1
Banner
Banner