Allah Tempat Berpegang

Saya melihat mereka yang menjunjung tinggi kebebasan hak dan bangga dengan keberanian mereka dalam bertindak. Mereka menyebut orang yang menahan sebagian hasrat dan keinginan adalah ‘munafik’.


Suatu hari, di suatu bilik, di suatu warnet, di sebuah sosnet, saya melihat tulisan seorang teman yang kurang lebih: “jangan biarkan seorang pun menghalangi hidup lo, bahkan diri lo sendiri.”

Ooo, ternyata ini “manhaj” hidup si penulis? Dan manusia macam ini banyak ditemukan.

Tidakkah mereka tahu ada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala detail hidup mereka? Tidakkah mereka menyadari bahwa tubuh mereka mampu ditenggelamkan gelombang laut, meleleh dalam api, lumat ditelan lahar, dan mental diterjang topan? Tidakkah mereka menyadari semua itu bisa terjadi jika dan hanya jika Allah berkehendak itu yang akan terjadi pada mereka?

“Maaf, saya tahu Allaah itu ada. Tapi apa bisa, memikirkan dan mempertimbangkan Allaah untuk segalanya? Sementara saya tidak tahu kepastian apapun mengenai keberadaan Allaah. ”

Ketika kita menempatkan seseorang dalam posisi yang semakin tinggi di mata kita, maka semakin banyak kita mempertimbangkan dia dalam bertindak. Namun bagaimana meninggikan “seseorang” yang bahkan tidak dikenal? Ketemu saja belum pernah.

Seorang wanita, sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), pernah memberi tahu saya dengan semangat.

Kita, manusia, punya kemampuan yang sangat terbatas. Kita hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi selevel audiosonic. Sementara bunyi yang bisa didengar oleh anjing atau kelelawar sekalipun tidak semuanya bisa kita dengar. Kita juga hanya bisa melihat cahaya selevel cahaya tampak. Kulit kita tidak mampu menerima rangsangan jika suhunya terlalu tinggi, karena keburu meleleh kulit kita. Kita dhoif...

Suatu hari, orang-orang terpilih akan dipertemukan dengan Allah. Namun bukan dengan wujud kita yang seperti ini. Suatu hari Allaah akan membuang keterbatasan-keterbatasan kita yang sekarang ini untuk mampu melihatNya.

Suatu hari tubuh seorang manusia bisa membusuk, kuku-kuku jarinya bisa melapuk. Manusia lekang oleh waktu. Mampukah kita berpegang hanya kepada makhluk sekelas manusia? Pantaskah kita mencukupkan diri sendiri sebagai satu-satunya sudut pandang dalam hidup? Atau pantaskah menjadikan manusia lain sebagai sudut pandang? Tempat berpegang?

“ Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. “(Luqman:22)

“ Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. “(Ali ‘Imran:101)



Teman saya juga menulis ‘menghalangi’.

Ketika kita ingin bangun tidur jam 7 pagi karena terlalu lelah, sementara Allaah memerintahkan untuk bangun jam setengah lima untuk sholat subuh, apakah Allaah menghalangi kita untuk istirahat dengan ‘cukup’? Padahal Allaah memberikan kita kesempatan 1 hari lagi di pagi jam setengah lima itu untuk hidup, mendengar kokok ayam jago, merasakan air dingin, bertemu orang yang kita sayangi, mencicipi sarapan nasi, membaca lanjutan buku favorit, menonton film, merasakan angin, tertawa, merasa heran, dan terkejut ketika mendengar adanya kuis dadakan di kampus. Bagaimana jika kita benar-benar bangun jam 7 pagi hanya untuk melihat tanda-tanda kemurkaan Allah?

Allaah tidak menghalangi hasrat manusiawimu, kawan. Allah memberitahumu bahwa bangun setelah matahari terbit membuatmu bangun dengan rasa pusing. Dan semangatmu hilang dimakan fajar yang dilewatkan.

Dan ketika Allaah lewat rasulNya ‘menghalangimu’ untuk minum sambil jalan kaki di perjalanan ke kampus, maka sesungguhnya Allah memberitahu kita bahwa ketika kita berdiri, sfringer dalam ginjal kita tidak lagi menyaring minuman. Saat itu, Allaah menyelamatkanmu dari kristal ginjal.

“....engkau beribadah kepada Allaah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatnya, maka Dia melihatmu...” (HR Muslim)

Tetap semangat, kawan! Allaah sedang melihatmu dan senang jika melihatmu semangat untuk kebaikan. Dan perbaikan...^^

Radyan Aziz ‘till june 1st ‘11— hidup dalam masalah bukan berarti jadi mempermasalahkan hidup, semoga Allaah mengkondisikan saya..\(^_^)/

aku lemah

ketidakberdayaan ini mengurungku

membuat tanganku kaku, tak menulis

visualku layu, tak melukis

lidahku mati rasa, tak bicara

jemariku membatu dan tak mengacung

kakiku bengkak, tak bergerak

daguku mau menyentuh bumi, aku hampir mati dengan rasa malu

malu juga iman, tapi yang satu ini setan

membunuh karya

menepis asa

mengubur waktu dengan mubazir

dan memaku laguku dengan rasa ragu


duri-duri beracun!


lalu Allaah memberitahu siapa aku

aku miliaran sel hidup yang sinergis

aku buah kemenangan satu sperma dari seratus juta

aku khalifah dihibahkan amanah besar atas Bumi

aku makhluk berspesifikasi tinggi, buah karya Yang Tak Tertandingi

aku terlahir sebagai pemenang dan harga mati bagi kematianku untuk kembali menang!



aku punya seribu alasan untuk hidup mengalir

namun Allaah punya miliaran alasan untukku mendayung sejauh mungkin

untuk berontak dari belenggu malu buatan setan



selama jantungku masih sanggup mengabdi

aku berdedikasi, dengan segala yang telah Allaah anugerahi

dan ketika Allaah mengistirahatkanku dengan mati

rasakan dedikasi ini menggema

aku ingin kamu merasakan derasnya aliran darahmu sendiri, ada Allaah di situ, menjadi satu-satunya alasan sejuta pengabdian

 
Radyan Aziz



Ikuti PenaAksi[dot]Com di twitter dan gabunglah bersama kami di facebook untuk mendukung gerakan "Saatnya Mahasiswa Menulis" 
Post ADS 1
Banner
Banner