Kematian di Meja Perjamuan

(Buat AAR dan sekutunya)
Kawan, kauterima undangan dari penguasa dengan basmallah
Tanpa ada cemas atau sebatas berpikir masak
Dan kuucapkan singkat saja untuk itu: innalillahi…
Kawan, aku takkan pernah menyebutmu ‘pelacur intelektual’
Karena kutahu, kau anak pengajian yang masih simpan iman
Meski, banyak sejuta pemuda resah dengan polahmu
Jengah, marah, memikirkan apa yang ada dalam pikiranmu
Aksi memang tidak semata turun ke jalan; kau benar!
Protes tidak sebatas teriak lantang memegang megaphone
Advokasi juga tidak melulu berpeluh dalam teriknya depan Istana
Sebelum kau bicara keragaman aksi,
Atau hindari persepsi publik yang lahirkan caci,
Belajarlah pada sejarah, Kawan
Adakah mereka yang didekati penguasa,
pada akhirnya tegak kepala?
Adakah mereka yang direkrut penguasa
Demi maslahat atau atas nama dakwah,
Bisa sejajar dengan penguasa?
Jawablah dengan nurani dan banyaknya ilmu, kawan
Tahukah kau bagaimana ulama menasihati penguasa bebal?
Tahukah kau bagaimana risiko ulama mengkritik penguasa tiran?
Jihad terberat adalah menasihati penguasa
Dan itu utama dengan bicara langsung menatap mata
Tapi, jangan kaurampas khazanah ini sebagai dalil
Bertindak cepat menerima undangan jamuan bersama penguasa
Ukurlah dirimu sebelum beraksi di depan penguasa:
Adakah kau sudah berilmu istiqamah untuk tidak dibujuk?
Adakah kau sudah jalankan qanaah sebagai penimba ilmu?
Adakah kau indahkan adab dan kehati-hatian untuk melangkah?
Tarbiyah yang kaudapat dari sebagian alim
Belumlah memadai untuk menyapa penguasa
Beratus halaman buku yang kaubaca
Belum cukup sadarkan dia yang bersinggasana
Sebab, kebohongan dan kepalsuan citra tidak memadai dilawan anak muda
Yang bermodalkan keberanian dan ilmu sumir dari bangku 4 semester
Masih banyak yang bisa kauperbuat ketimbang makan di Istana
Apalagi berfoto bersama tanpa ada sesal
Tabu bagi mujahid muda, usai mengkritik keras
lantas bersanding menerima dinar penguasa
Sedang kau tampak puas dengan segepok foto dan janji Tuan Penguasa
untuk dengarkan tajamnya lidahmu
Kawan, jamuan itu sudah usai;
Ia bak pesta antiklimaks dari janji koarmu di jagat media
Tapi rakyat kadung berburuk sangka
Tinggal bagaimana kauluruskan perjuangan yang sempat bengkok ini
Kawan, jamuan itu mahal, dibiayai uang rakyat
Itu bukan cuma-cuma untuk kauabadikan di dinding kos
Mestinya harus kaupasang di sanubarimu terdalam
Foto dengan coretan garis amat tegas:
Dari anak muda yang pernah dibungkam rezim!
oleh: Yusuf Maulana
Post ADS 1
Banner
Banner