Mengembalikan Integritas Pemuda di Pangkuan Ibu Pertiwi


ditulis oleh : Mursal Fajar Hakim (Universitas Negeri Semarang)

Pada era modern seperi sekarang perubahan terjadi setiap detiknya dalam segala bidang kehidupan manusia, diantaranya adalah terciptanya kehidupan dengan aruf informasi yang begitu cepat (Superhighway information) serta terbentuknya kebebasan tanpa sekat di semua lini, dimana batas – batas ekonomi, budaya dan politik antar bangsa menjadi tidak ketara atau tersamarkan. Perubahan yang begitu cepat ini menimbulkan dampak secara sistemik yang menyeluruh, terciptanya ketergantungan dan hubungan antar bangsa yang transparan sehingga menyebabkan rawan terjadi gesekan dan lunturnya nilai nasionalisme, yang pada akhirnya akan menciptakan implikasi yang luas terhadap seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Arus perubahan era yang cepat ini sering disebut sebagai globalisasi, globalisasi menurut definisi penulis adalah konsep semu pengisi kevakuman konsepsi, strategi dan kepemimpinan politik dunia. Dalam era globalisasi negara adidaya dan negara penguasa sektor – sektor penting di dunia menjadi pusat peradaban dimana secara langsung mengkonfrontasikan dan mengkampanyekan konsep globalisasi dengan 3 sasaran utama yaitu perwujudan Hak Asasi Manusia (HAM), kemerdekaan berpendapat dan bertindak serta ekonomi liberal. Melihat ketiga sasaran tersebut seharusnya menjadikan dampak positif bagi seluruh umat manusia, namum kenyataan yang terjadi sebaliknya, dimana negara dengan perekonomian yang berkembang dan miskin menjadi pangsa pasar ideologi dan ekonomi, serta semakin tersudutkan di bidang sosial, politik maupun ekonomi karena dirasa tidak sanggup menghadapi pengaruh globalisasi.

Dengan perubahan arus yang begitu cepat maka masyarakat dunia dituntut untuk dapat beradaptasi dengan cepat pula, yang pada akhirnya setiap bangsa akan dituntut memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Globalisasi akan berdampak negatif terhdap bangsa yang belum siap dengan SDM nya, Arus globalisasi telah menyebabkan negara – negara di dunia menyatu dan membentuk sebuah kesatuan (Aliansi) dalam sebuah global village sehingga terjadi suatu homogenisasi budaya yang mengabaikan identitas parsial bangsa – bangsa asli. Inilah yang menjadi kelemahan Indonesia dalam menghadapi era globalisasi, karena telah diakui bahwa Indonesia mempunyai SDM yang masih sangat rendah di bandingkan dengan negara yang lain. Kualitas SDM inilah yang menjadi ancaman disitegrasi nasionalisme bangsa Indonesia terhadap negaranya. Dalam segi sosial, generasi muda indonesia terkena dampak yang besar dimulai dari sikap individualisme yang sangat tinggi dan pola – pola kehidupan orang timur sudah dihilangkan dan di anggap menjadi bagian dari sejarah, dimana sudah tidak ada lagi gotong royong antar pemuda terlebih lagi primodialisme antar daerah juga tinggi menyebabkan bidang sosial terkena dampak paling besar, hal ini akan menyebabkan turunnya kemampuan untuk berinteraksi dan hilangnya nilai – nilai luhur kehidupan bernegara dan berbangsa. Pada bidang ekonomi indonesia, globalisasi merupakan ‘angin segar’ bagi kaum ekonomi liberal dimana tingkat konsumerisme yang tinggi karena terciptanya supplies yang semakin bertambah akibat dibukanya pasar bebas seluruh dunia, hal ini tentu mengancam para pemuda dan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menciptakan kepribadian konsumerisme dan menurunnya tingkat kemampuan berproduksi untuk menghasilkan karya maupun sebagai pemenuhan kehidupan, sedangkan pada bidang budaya, generasi muda dipaksa untuk berpola pikir liberal dan tidak meninggalkan nilai – nilai religius secara sistemik ini akan meningkatkan hedonisme yang tinggi dan menyebabkan pola pikir yang sempit bagi generasi muda. akibatnya akan timbul transformasi budaya yang bercorak revolutif dan pada titik puncaknya generasi muda akan mengalami alienasi budaya. Alienasi budaya dalam hal ini memiliki arti yang dalam, yang mengakibarkan generasi muda merasa asing dengan budayanya sendiri sehingga terciptanya krisis identitas yang intensid karena pergeseran budaya yang amat cepat dan tidak disadari penuh oleh generasi muda. 

Dari 3 bidang kehidupan yang terpengaruh oleh globalisasi, maka generasi muda lah yang akan terkena dampak paling besar, padahal generasi muda merupakan tulang punggung negara dan penerus tonggak kepemimpinan. Ketika generasi muda Indonesia sudah terdampak cukup jauh maka nilai – nilai luhur kebudayaan dan identitas negara akan hilang, bukan tidak mungkin disintegrasi generasi muda akan terjadi dan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang hilang terkena arus globalisasi. Maka perlu sebuah tindakan pencegahan agar generasi muda tidak terlalu jauh terdampak oleh arus globalisasi dan sekaligus menyelamat bangsa ini dari krisis identitas dan disitegrasi penerus bangsa. 

Pada 28 Oktober 1928, pemuda indonesia sudah bersumpah untuk tetap pada satu pilihan sebagai pegangan hidup ber-Indonesia. Nasionalime sebagai konsep pemersatu bangsa bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh bangsa ini, melainkan sudah sejak zaman prakemerdekaan. Konsep pemersatu bangsa lewat nasionalisme merupakan konsep paling mudah dilakukan oleh generasi muda sebagai upaya penyelamatan terhadap arus globalisasi, generasi muda harus terus digiring kedalam nasionalisme agar tetap mempertahankan identitas bangsa Indonesia sebagai asas kehidupan. Contoh yang paling mudah adalah dengan mendukung tim nasional sepakbola, dengan kampanye mendukung tim nasional sepakbola secara tidak langsung mengikis sikap individualisme dan primodialisme akibat arus globalisasi, langkah pertama untuk mengembalikan integritas generasi muda kepangkuan ibu pertiwi adalah menghidupkan kembali konsem nasionalisme sebagai alat pemersatu bangsa, yang secara sistemik membangun identitas bangsa yang kuat dan pola pikir kedepan yang visioner. Langkah strategis pembangunan karakter bangsa sebenarnya sudah tercermin dalam pancasila maupun UUD 1945 dimana pembangunan karakter bangsa berasaskan keagamaan dan nilai luhur kebudayaan masyarakat, karena secara jelas bukan kemerdekaan lah tujuan bangsa Indonesia tetapi adalah pembentuka karakter yang luhur dan nilai – nilai religius, dari awal setelah kemerdekaan sampai pada era globalisasi ini bangsa Indonesia di tuntut untuk cerdik dalam setiap peluang timbulnya disintegritas dan krisis identitas yang mengantarkan kepada kegagalan negara pada semua bidang kehidupan. Karena menghadapi era globalisasi ini konsesuensinya tinggi, harkat, martabat dan derajat bangsa diukut pada ultradimensi waktu budaya dan peradaban. Dengan ini maka pemerataan pembangunan wajib dilaksanakan sebagai aspek pendukung pola pikir masyarakat yang unggul dan luhur, dalam hal ini semangat nasionalisme diharapkan mampu mengawal dinamika dan pembangunan dalam segala bidang kehidupan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri 

Akar dari kemunduran karakter bangsa Indonesia serta terciptanya disintegrasi secara sistemik bukanlah karena era yang cepat berubah tetapi sumber daya manusia yang tidak dapat mengimbangi perubahan, maka perlu sebuah solusi cerdas dan terprogram dalam bidang pendidikan secara utuh. Salah satunya langkah strategis tersebut adalah melalui pengembangan suatu paradigma pendidikan yang dapat menimbulan “suasana berbagi” (the spirit of sharing) di sekolah antara guru dan murid, dengan ini maka mengajar menjadi kegiatan berbagi ilmu dah pengetahuan, serta secara lengkap memenuhi unsur – unsur pembelajaran learn to know, learn to do, learn to life together, learn to be. Pendidikan harus menjadi sara filter dan pembangun identitas bangsa agar tetap terjaga nilai – nilai luhurnya. 

Untuk menyelamatkan generasi muda dari diintegrasi karakter serta krisis identitas maka perlu dilakukan upaya yang komprehensif dan sistemik, yang nantinya membuat karakter kuat pada semua bidang kehidupan dan dapat mempertahankan identitas bangsa sebagai proud kepada bangsa lain. 3 cara strategis dari upaya penyelamatan generasi muda di mulai dari meningkatkan konsep nasionalisme sebagai upaya pemersatu bangsa, yang di dukung dengan pemerataan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya di perkuat oleh pendidikan yang berasaskan kebersamaan dan spirit of sharing.
Artikel yang sedang Anda baca saat ini merupakan salah satu kontribusi karya tulis yang dikirimkan ke redaksi Pena Aksi. Ingin berpartisipasi? Ikuti petunjuknya di sini.
Post ADS 1
Banner
Banner