Menyongsong Pemimpin Muda Berkarakter Kegadjahmadaan

“Gadjah Mada adalah sumbermu. Gadjah Mada adalah mataairmu. Mengalirlah ke lautnya pengabdian kepada RAKYAT, bukan kepada kemuktian diri! (Soekarno; prasasti Gedung Pusat UGM)”

Nilai suatu bangsa terakumulasi dari nilai-nilai individu yang ada didalamnya. Karakter dan kapasitas diri sangat menentukan dalam menciptakan generasi intelektual dan bermartabat . Episentrum pergerakan intelektualitas berasal dari sudut-sudut kampus yang membudayakan tradisi intelektual (membaca, menulis, berdiskusi , mengkaji) . Melalui tradisi tersebut, sebuah langkah akselerasi pembentukan  kepribadian menuju generasi intelektual akan tertanam , terlebih tak hanya berkutat pada tataran wacana namun menjadi sebuah langkah konkrit perbaikan kehidupan berbangsa.

Gerakan Intelektual merupakan sebuah aksioma dalam merevitalisasi nilai-nilai kebangsaan ,tatkala bertransformasi menjadi dimensi nilai dan kultur dalam basis perubahan menuju bangsa yang bermartabat . Sungguh ironi ketika tradisi ini menjadi ruang hampa bagi sebagian kalangan yang hanya berkutat pada gaya hidup hedonisme, pragmatisme, skeptis atau disibukkan dengan kelompoknya sendiri.

Semangat kebangsaan seolah kian luntur dan berubah kearah yang konservatif menjadi semangat primordial. Kemudian Erosi nasionalisme yang kian kuat dan antagonisme komunal kian menggejala . Hal tersebut merupakan urgensi dari perevitalisasian dan pengejawantahan kembali tradisi-tradisi intelektual  dan membuka kembali ruang-ruang berpikir publik yang produktif. Tak ayal bila ini menjadi tugas berat para pemuda dalam mengaktualisasi kondisi nasionalisme bangsa untuk menyatukan identitas kebangsaan yang bermula dari tradisi kecil melalui diskusi dan berujung pada tahap implementasi. Layaknya Sumpah Pemuda yang menggaungkan persatuan, menggagas kehidupan bersama dan meleburkan diri menjadi 1 identitas, mahasiswa kini pun mampu melakukan perubahan yang lebih, sesuai dengan dinamika yang berlangsung melalui berbagai ekspresi kritis yang bervariasi.

Sebuah Langkah Perubahan

Berubah tak perlu menunggu momentum. Perlawanan untuk perubahan memiliki banyak titik dan simpul, tidak lagi vertikal dan horizontal . Mahasiswa sebagai sebuah poros pergerakan merupakan mozaik perubahan dalam penyatuan kesadaran berbangsa secara kolektif melalui tradisi intelektual berbasis kepahaman yang dikemas secara populis namun tak menghilangkan nilai-nilai Ideologi yang terkandung didalamnya. Seharusnya mahasiswa Gadjah Mada mampu mengkolaborasikan ide, gagasan dan berinovasi dalam menciptakan iklim yang kondusif dan produktif bagi civitas akademika melalui berbagai wadah bisa melalui diskusi pengembangan isu terkini, Perancangan kegiatan strategis , aksi-aksi sosial dan kegiatan lainnya yang berkorelasi secara positif dengan semangat perubahan kearah lebih baik.

Selain itu, langkah adanya semangat perjuangan dan keseriusan dalam mendedikasikan setiap kinerja menjadi langkah nyata merupakan fase penting dalam perjalanan kehidupan bersama kini . Sikap Insklusif dan egaliter  merupakan hal penting dalam organisasi dimana disana terdiri dari orang-orang yang beragam baik agama, ras, suku, dll.  Tak menyangkal bila setiap pemuda memiliki political will masing-masing , namun adanya sebuah wadah / organisasi memberikan ruang berpikir untuk bersama sama mengimbangi visi dalam rangka mencapai keniscayaan perubahan.

Mahasiswa sebagai generasi terdidiklah yang patut mengimplementasikan ide ide perubahan bersama.  Memiliki peran strategis dan memfungsikan diri sebagai “Agent of Change” menjadikan suatu beban moral sekaligus kehormatan dalam pengimplementasian setiap langkah perubahan. Perubahan ini tak hanya akan membawa pada tataran kampus, tapi juga kepada masyarakat luas. Didasarkan pada tradisi intelektual berprinsip keberpihakan yang jelas, perubahan akan menuju kedalam semangat persatuan dengan melakukan keadilan pada korban kelompok dominan. Dampaknya bukan hanya tersosngsongnya semangat persatuan, tetapi juga menghilangkan jarak vertical antara mahasiswa dan masyarakat umum.  Inilah yang menjadi urgensi mengapa kita perlu mengusung perubahan dan menggelorakan semangat persatuan.

UGM dan Jati Diri Bangsa

Mahasiswa sebagai Agent of Change, Iron Stock atau Social Control seolah telah terpatri dan menjadi label bagi setiap mahasiswa. Bila dilihat realitanya, Menurut Prof Masrukhi, ada 5 tipe mahasiswa di Indonesia, diantaranya mahasiswa Idealis konfrontatif, idealis realis, Oportunis, profesional dan rekreatif. Apabila ditelisik lebih jauh, Jumlah mahasiswa yang hanya  sekitar 2,5 juta jiwa di Indonesia memiliki kecenderungan lebih dari 80% masuk ke dalam tipe mahasiswa “Rekreatif” yang mengedepankan gaya hidup dan jauh peranan dalam memberikan solusi atas permasalahan bangsa.

Siapa yang bertanggung jawab disini? Salah satunya adalah institusi pendidikan. Institusi pendidikan, terlebih bersakala pendidikan tinggi, memiliki tanggung jawab yang besar dalam mencetak anak bangsa dalam menyelesaikan tiap permasalahan yang kian bergulir.

Sebagaimana bahwa Pendidikan bukanlah proses alienasi seseorang dari lingkungannya, atau dari potensi alamiah dan bakat bawaannya, melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah bawaan untuk menjadi benar-benar aktual secara positif bagi dirinya dan sesamanya .

Bicara pendidikan tinggi, maka tak terelakan posisi Universitas Gadjah Mada (UGM) seharusnya menjadi institusi yang mampu menjawab hambatan, peluang dan tantangan akan nasib bangsa. UGM sebagai perguruan tinggi pertama yang didirikan oleh pemerintah Indonesia seharusnya sadar betul bahwa memiliki peran besar dalam keberlangsungan negeri ini, sebagaiman misi UGM sebagai pelopor perguruan tinggi nasional berkelas dunia yang unggul dan inovatif, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan kemanusiaan dijiwai nilai-nilai budaya bangsa berdasarkan Pancasila. Tri darma perguruan tinggi yaitu Pendidikan, Pengabdian, dan Penelitian bukan diartikan sebagai slogan pepesan kosong sebagai pemanis setiap institusi pendidikan yang ada, tapi menjadi cerminan bagi setiap institusi pendidikan dalam melakukan kerja kerja kolektifnya.
Menghujat UGM sama saja dengan menghujat seisi-isinya. UGM diletakkan sebagai institusi pendidikan yang didalamnya ada Mahasiswa sebagai insan cendekia.  Tak heran banyak orang di negeri ini berharap pada para mahasiswa, sang cendekia muda –yang tentu tak berpikir dirinya sendiri- sebagai peletak tiap-tiap solusi permasalahan bangsa.
Mahasiswa, UGM dan PPSMB UGM 2014 Statuta UGM, PP No. 67 tahun 2013, tergambar jelas bahwa jati diri UGM sebagai universitas nasional, perjuangan, pancasila, kerakyatan, pusat kebudayaan.  Dalam mewujudkan itu semua diperlukan sebuah wadah yang mampu mewujudkan, menjaga dan mengejawantahkan jati diri UGM. Salah satu perwujudannya melalui Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Berprestasi (PPSMB) UGM dimana ini merupakan fase awal pembentukan dan pengembangan kepribadian mahasiswa dalam menghayati nilai-nilai kegadjahmadaan.

Sungguh bukan sebuah hal yang mudah dalam menentukan program bila dikaitkan dengan goal atau targetan apa saja yan akan didapat. PPSMB UGM merupakan pintu awal para mahasiswa baru UGM masuk ke iklim yang belum dirasakan sebelumnya, sehingga faktor keberhasilan PPSMB ini menjadi sangat penting. Maka dari itu ada beberapa hal yang menjadi harapan dalam keberlangsungan PPSMB

1. Revitalisasi Nilai-Nilai dan Konsep Kebangsaan
Realisme tanpa nilai-nilai ideal akan menjadikan orang hidup tanpa martabat. Fase penanaman nilai dalam PPSMB 2014 merupakan hal yang penting bagi para mahasiswa baru / Gamada 2014. Adanya perumusan nilai-nilai yang baku yang ditransfer dalam PPSMB dan dijewantahkan melalui kegiatan populis seperti diskusi, Focus Grup Discussion (FGD), Dialog Tokoh setidak banyak akan memberikan pemhaman bagi mahasiswa baru bagaimana sikap sepatutnya mahasiswa.
Begitu banyak nilai-nilai positif yang bisa kita ucap, tapi sebrapa banyak nilai yang mampu kita salurkan dan jewantahkan dalam PPSMB ini. Idealnya PPSMB ini mampu memupuk dan memberikan pemahaman secara komprehensif.

2. PPSMB tak hanya berbasis program tapi juga sebagai bentukan “Social Movement”
Banyak kecenderungan apa yang diharapkan dalam suatu acara tidak berjalan sebagaimana yang ditargetkan dan tidak bekerlanjutan. Salah satu faktor yang mendasari itu adalah karena program tersebut tak memiliki sense “Social Movement” dimana basisnya adalah sebatas program kerja bukan program berkelanjutan yang berkaitan dengan banyak pihak. PPSMB 2014 seharusnya mampu membuat mahasiswa baru untuk menimba ilmu pasca itu. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur atau instrumen dalam perangkat PPSMB seperti Pengembangan Sumber Daya Manusia, Sosial Masyarakat dan Kerja Advokasi.

3. PPSMB sebagai batu pijakan mencetak pemimpin bangsa
Tak bisa dipungkiri, bahwa UGM memiliki cita – cita mencetak sebanyak – banyaknya pemimpin bangsa yang ditempatkan di berbagai ranah, sebagaimana alumni yang bekerja baik di perusahaan, pemerintahan dan lainnya. PPSMB merupakan langkah awal dalam pencetakan pemimpin bangsa. Sehingga di dalam PPSMB ini para mahasiswa baru tidak “Shock” menjalani kegiatan perkuliahan nantinya. Idealnya dengan adanya PPSMB 214, mampu merubah ketimpangan status siswa menjadi mahasiswa,

4. PPSMB dan solusi permasalahan bangsa
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jangan sampai PPSMB hanya dijadikan acara seremonial penyambutan mahasiswa baru tanpa ada isi dan tujuan yang jelas. Sungguh banyak beban dan tanggung jawab yang dipikul bangsa ini dan persiapan persiapan yang dilakukan dalam menghadapi masalah yang bersifat lokal atau pun nasional.
Asean Economy Community yang tak sampai 1 tahun lagi, jaminan Kesehatan nasional, penegakan hukum yang masih carut marut, kedaulatan negara, dan lainnya harus dipahamkan dalam PPSMB, sehingga PPSMB ini tak hanya menghasilkan output yang berkualitas tetapi mampu merekomendasikan solusi-solusi setiap permasalahan bangsa.

Semoga idealita dan Realita dapat bertemu di titik persimpangan yang baik. PPSMB bukanlah barang Cuma-Cuma,  PPSMB adalah sebuah wadah yang mampu mengisi apa saja yang menjadi dasar kebutuhan setiap mahasiswa. Meyakini bahwa PPSMB merupakan ladang kebaikan dan ladang perjuangan dalam menciptakan karakter penerus bangsa yang memiliki nilai dan semangat kegadjahmadaan.

"Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan"

Hidup Mahasiswa Indonesia!
Hidup Rakyat Indonesia !

Bayu Panji Pangestu | Mahasiswa Universitas Gadjah Mada @bayupanjip

Artikel yang sedang Anda baca saat ini merupakan salah satu kontribusi karya tulis yang dikirimkan ke redaksi Pena Aksi. Ingin berpartisipasi? Ikuti petunjuknya di sini.
Post ADS 1
Banner
Banner