Mengembalikan Karakter Bangsa melalui Pendidikan
“Pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya”(Ki Hajar Dewantara).Tawuran pelajar,Tawuran antar kampung , terorisme , Korupsi , dan matinya toleransi hanyalah sedikit contoh hasil pendidikan Indonesia.jika saat ini intelektual masih saja di agungkan dalam pendidikan dan masyarakat, tinggal menunggu waktu saja suatu negara menjadi penjarah,suatu bangsa menjadi binasa.
Sistem kelulusan dalam Sekolah dasar(SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dibangung pemerintah sangatlah jelas hanya mementingkan aspek kognitif saja.perlu diketahui Ki Hajar dewantara menyatakan hal ini jauh sebelum bloom hadir dengan "afektif,psikomoptrik,dan afekti"nya, seorang siswa haruslah dibangun dengan tiga landasan dasar yaitu,cipta ,rasa ,dan karsa.
Pendidikan yang mengabaikan aspek rasa dan karsa hanya menghasilkan seorang ilmuwan “sakit”.Realita yang terjadi di Indonesiapun demikian,betapa banyak orang pinter namun tidak berkarakter.Korupsi dilakukan orang pinter,anggota dewan pinter namun tidak beretika,tidur di waktu rapat paripurna adalah contohnya.
Sangat dirasakan saat ini arah pendidikan kita telah menghilangkan berbagai macam karakter dasar bangsa Indonesia.dahulu gotong royong adalah harga mati,namun kini masyarakat acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar mereka.tidak sedikit gedung – gedung tinggi hidup berdampingan dengan gubuk reyot dan tidak ada interaksi sama sekali di antara mereka untuk saling tolong menolong.yang ada malah tindakan monopoli dan eksploitasi dari pihak yang berkuasa.
Lucunya di perguruan Tinggi penilaian afektif terhadap mahasiswa tidak ada sama sekali.orientasi yang dilakukan hanyalah seberapa besar anda menguasai suatu mata kuliah yang diberikan oleh dosen.IP(Indeks Prestasi) adalah faktor tunggal menentukan kelulusan seseorang.sangat ironis melihat perguruan tinggi tanpa aspek afektif.seharusnya perguruan tinggi memiliki porsi yang paling besar dibandingkan sekolah dari sisi afektifnya,karena perguruan tinggi adalah panggung utama perjalanan pendidikan seseorang.
Membentuk karakter Warga negara adalah cita – cita the founding father kita.tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk menumbuhkan sikap Keindonesian.hasil yang ingin di capai adalah jati diri “Indonesia yang kebetulan bersuku bangsa jawa” bukan “orang jawa yang Indonesia”,seperti apa yang dicita – citakan pemuda Indonesia dalam Sumpah Pemuda 1928 dalam kalimat “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”.
Untuk mewujukan cita – cita the founding father tentu kita tidak akan mengabaikan aspek afektif dalam mendidik seseorang.pendidikan yang melibatkan cipta,rasa,dan karsa akan melahirkan peserta didik yang berkarakter.
Semua itu dapat terwujud jikalau pendidikan afektif diterapkan mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi.Pendidikan afektif diharapakan dapat memberikan rasa keberagaman dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat. Dengan terbentuknya kepedulian etika dan kepekaan estetika. berarti anak didik akan mengakui kehidupan yang multidimensi dan tidak seragam demi terwujudnya jiwa gotong royong yang telah menjadi karakter dasar bangsa Indonesia.