Tarbiyah Nabi Terhadap Generasi Islam Yang Pertama ( 5 )

Memanfaatkan Semua Potensi Tanpa Memberatkan Mereka Namun Bersikap Kasih Kepada Mereka.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. (QS. At-Taubah : 128)

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada orang-orang beriman :

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu”. (QS. Al Hujurat : 7)

Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya :

“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raf : 199)

(Jadilah pemaaf (pemudah atas manusia), perintahkanlah mereka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan mereka dapat mengerahkan segala potensi dan kemampuannya, dan jangan engkau bebani mereka dengan perkara yang susah sehingga menyulitkan dan menyempitkan mereka.

Dahulu ketika Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam hendak mengutus seseorang menjadi mata-mata pada malam peperangan Khandaq, maka beliau memilih diantara mereka dengan cara lembut dan bijaksana. Pertama kali beliau menawarkan tugas tersebut kepada segenap sahabat. Setelah tidak ada yang berdiri menyanggupi, barulah beliau memilih salah satu diantara mereka.

Beliau menawarkan ; “Siapa yang mau pergi untuk mencari informasi mengenai kekuatan musuh untuk kami dan kemudian kembali lagi. Aku akan menjamin ia masuk surga”.

Tak seorangpun beranjak dari tempatnya, padahal diantara mereka itu ada Abu Bakar dan ‘Umar. Kemudian beliau mengulangi lagi tawaran itu untuk yang kedua kali. Karena tidak ada lagi yang menyanggupi, maka beliau mengulangi untuk yang ketiga kalinya.

Ketika beliau mendapati bahwa tiada alternatif lain kecuali menyebut nama salah satu diantara mereka, maka bersabarlah beliau : “Bangkitlah kau wahai Hudzaifah !” Hudzaifah bercerita : “Maka aku bangun, ketika itu aku memakai pakaian bulu milik istriku –dia tidak mempunyai baju- dan aku menggigil kedinginan. Kemudian aku berjalan, seolah-olah aku berjalan menuju kematian”.[i]

Beliau memilih Sa’ad untuk memimpin pasukan, Mush’ab dipilihnya untuk tugas da’wah, Bilal dipilihnya untuk urusan adzan, Ubay dipilihnya untuk mengajarkan Al-Qur’an, Abu Bakar dan ‘Umar dipilihnya untuk bersya’ir. Adalah Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam menempatkan setiap orang pada posisi yang layak untuknya. Beliau berkata kepada Hasan :

“Bantahlah atau ejeklah mereka (dengan sya’irmu), sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) bersamamu”.

Tak pernah Nabi memilih Hasan untuk memimpin perang, dan tak pernah beliau memilih Sa’ad untuk bersya’ir. Dan beliau senantiasa menempatkan seseorang pada posisi yang tepat


Fondasi yang ketujuh:

Mengukur Bobot Seseorang Dengan Mizan Taqwa.

Ibnu Mas’ud di hadapan Allah betisnya lebih berat daripada gunung Uhud. Berfirman Rabbnya ketika berapa pembesar Quraisy mengajukan usul untuk mengadakan majlis bersamanya saja, karena mereka malu duduk bermajlis bersama para budak –maksudnya adalah Bilal, ‘Ammar, Shuhaib dan Salman.

“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al Kahfi : 28)

Pernah Bilal dan Shuhaib melewati Abu Sufyan – dedengkot Quraisy- , maka Bilal berujar : “Demi Allah, pedang-pedang Allah belum sedikitpun menghantam musuh-musuh Allah”. Mendengar ucapan Bilal, maka Abu Sufyan marah. Dia kemudian pergi menemui Abu Bakar dan mengadukan hal itu padanya. Abu Bakar kemudian menemui Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam serta menyampaikan aduan Abu Sufyan itu kepadanya, maka Rasulullah SAW bersabda :

“Wahai Abu Bakar, boleh jadi kamu sudah membuat mereka marah. Sungguh jika kamu membuat mereka marah berarti kamu sudah membuat marah Rabbmu”. (HR. Muslim dalam Shahihnya).

Demi Allah, Bilal yang dahulunya dijual dengan harga lebih rendah daripada harga sebuah meja, lantas naik ke suatu posisi, dimana jika ia marah .. maka Rabbul ‘Izzati pun marah. Mizan yang dipakai Rasulullah SAW ini dipergunakan oleh para sahabatnya. Pada masa kekhalifahannya, ‘Umar memberikan tunjangan dari Baitul Mal kepada Usamah bin Zaid jauh lebih banyak daripada anaknya sendiri ‘Abdullah bin ‘Umar. Lantas ‘Abdullah memprotes kebijaksanaan ayahnya : “Wahai ayah mengapa engkau memberikan Usamah lebih banyak daripadaku ?”

‘Umar berkata : “Dahulu ayahnya lebih dicintai Rasulullah SAW daripada ayahmu. Dan dia sendiri lebih dicintai Rasulullah SAW daripada engkau. Karena itu aku tidak menyamakanmu dengannya dalam pemberian”.

Karena itu ketika Suhail bin ‘Amru dan Abu Sufyan berdiri di muka pintu rumah ‘Umar bersamaan pula dengan Bilal, maka Bilal dipersilakan masuk sedangkan mereka berdua tidak. Lalu Abu Sufyan marah dan mengomel, “Aku tidak pernah merasakan hari seperti hari ini sekalipun !! Kita mengetuk pintu rumah ‘Umar, malah yang diizinkan masuk budak-budak jelata itu!”

Suhail berkata dengan tenang : “Janganlah engkau marah .. mereka diseru kita pun diseru, tetapi mereka menerima da’wah tersebut dengan segera sedangkan kita berlambat-lambat menerimanya”.

Ketika ‘Umar duduk dalam suatu majlis, sementara ‘Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam dan Suhail bin ‘Amru berada di sampingnya, maka datanglah sejumlah orang dari golongan muhajirin. ‘Umar lalu menjauhkan tempat duduk Suhail dan ‘Abdurrahman dari posisi duduknya. Kemudian datang lagi sejumlah orang dari golongan Anshar, lalu ‘Umar menjauhkan tempat duduk kedua orang tersebut dari posisi duduknya. Maka demikianlah mereka terus dijauhkan sehigga menempati posisi akhir dalam majlis tersebut. Abu Sufyan dan ‘Abdurrahman benar-benar sakit hati dibuatnya, lalu mereka berdua berkata : “Wahai Amirul Mu’minim, kami telah melihat apa yang engkau perbuat kepada kami. Lalu apakah ada jalan bagi kami untuk mengejar ketertinggalan kami dari mereka ?”

‘Umar menjawab ; “Aku tidak melihat jalan lain bagi kalian kecuali kalian pergi ke sana –‘Umar menunjuk ke arah Syam-. Maka keduanya pun berangkat menuju peperangan Yarmuk.

Fondasi yang kedelapan :

Pembinaan Melalui Celah-Celah Peristiwa dan Gerakan yang Konkret.

Dalam Perang Uhud kaum muslimin melakukan satu kesalahan, yakni tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW yang akhirnya harus mereka tebus dengan harga yang mahal … tujuh puluh orang sahabat pilihan gugur sebagai syuhada’ dalam pertempuran tersebut. Dalam pada itu tatkala Rasulullah SAW hendak mengubah kekalahan yang terjadi di Uhud itu menjadi kemenangan, maka beliau bersama sahabat-sahabatnya keluar dengan membawa luka-luka mereka menuju daerah Hamra’ul Asad. Beliau tidak mengizinkan seorangpun yang tidak ikut serta dalam Perang Uhud ikut bersamanya. Di Hamra’ul Asad beliau bermarkas selama tiga hari menanti kedatangan kaum Quraisy dan menantang mereka.

[i] HR Muslim

Oleh Syaikh Abdullah Azzam
Post ADS 1
Banner
Banner