Malapetaka Memporak-Porandakan Masyarakat (2)

Larangan Memperolok-olok.

Dalam kaidah ilmu Ushul, larangan itu menunjukkan keharaman selama tidak dipalingkan oleh “qarinah” (hubungan kata) dari kedudukan haram menjadi makruh. Tak seorangpun mengatakan bahwa memperolok-olok seorang muslim itu hukumnya makruh. Bahkan umat Islam hampir sepakat bahwa memperolok-olok seorang muslim itu haram hukumnya. Perbuatan tersebut tergolong kaba’ir (dosa-dosa besar), sedangkan dosa tersebut tidak dapat dihapus hanya dengan istighfar yang sederhana namun pelakunya harus bertaubat dengan melengkapi syarat-syaratnya. Cukup bagi kita mengetahui hadits Muslim yang keluar dari lesan Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam :

“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling bersaing dalam penawaran, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling belakang-membelakangi, dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lain. Dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak bolah menzhaliminya, tidak boleh menelantarkannya (tidak memberikan pertolongan kepadanya) dan tidak boleh merendahkannya, takwa itu disini (sambil menunjuk ke dadanya, beliau ucapkan kata-kata itu tiga kali). Cukuplah sebagai kejahatan seseorang, kalau ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap orang muslim haram darahnya, hartanya dan kehormatannya atas orang muslim yang lain”. (HR. Muslim).[i]

Kehormatan itu bukan hanya aurat yang tertutup saja, akan tetapi kehormatan itu juga termasuk celaan atau pujian dari seseorang, apabila engkau menggunjing seseorang, berarti engkau telah menggerogoti kehormatannya. Apabila engkau memfitnahnya, berarti engkau telah melukai kehormatannya. Dan apabila engkau memperolok-oloknya, berarti engkau telah mengurangi kehormatannya.

Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam tidak lalai mengenai perkara penting dalam kaitannya dengan pembinaan masyarakat muslim itu. Sungguh perkara itu menjadi titik berat dan pusat perhatian khutbah wada’ (perpisahan) beliau kepada sahabat-sahabatnya pada hari Haji Akbar (hari Arafah). Beliau bertanya kepada para sahabat ; “Hari apakah ini ? Bulan apakah ini ? Negeri apakah ini ? Bukankah hari ini adalah “Yaumul Haram ( hari yang diharamkan)?”

“Benar, ya Rasulullah !” Jawab para sahabat dengan serentak.

Beliau menambahkan :

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian seperti halnya keharaman hari kalian ini”. [ii]

Beliau Shallallahu Alayhi Wa Sallam tidak mencukupkan sampai di situ saja, bahkan di penghujungnya beliau bersabda: “Ingatlah, adakah telah aku sampaikan?”

“Ya” , jawab mereka.

Beliau kemudian berkata : “Ya Allah, saksikanlah!”

Sesungguhnya “mahabbah” itu tidak akan tegak di antara dua orang selama masing-masing individu –minimal- tidak menjaga lima perkara penting dimana setiap agama datang menjaganya .. setiap agama datang untuk menjaga lima kepentingan manusia, yakni : Agama, jiwa, kehormatan, akal dan harta. Maka dari itu, jika engkau ingin melestarikan hubungan antara dirimu dengan saudaramu –jika engkau tidak dapat memberikan manfaat padanya, atau memberikan sesuatu kepadanya, atau menolongnya atau menjaganya- maka minimal engkau menjauhkan dirinya dari gangguanmu dan menjauhkan kejahatanmu darinya. Dan jika engkau menjatuhkan harga dirinya, mencela kehormatannya memakan hartanya atau menumpahkan darahnya, maka bagaimana mungkin engkau menarik simpatinya kepada dirimu.

Inilah lima perkara penting yang harus dipelihara, dan jangan sampai disentuh keharamannya. Kaidah pokok yang memperkuat masyarakat muslim dan kaidah fundamental yang akan memperkuat eksistensi keluarga muslim, harakah Islamiyah, masyarakat muslim dan umat Islam secara keseluruhan.

Mengapa harus memperolok-olok (menghina)? Penghinaan itu tidak akan timbul dari orang-orang rendahan terhadap orang-orang besar. Sesungguhnya penghinaan itu lahir dari perasaan sombong dan takabur. Yang memandang manusia dengan sebelah mata. Sesungguhnya orang-orang rendahan itu tidak akan berani menghina para raja. Penghinaan itu datang dari orang besar kepada orang-orang kecil. Lantas siapa sesungguhnya dirimu ? Apakah engkau merasa tinggi harkat dirimu terhadap manusia lain, dan bersikap congkak kepada mereka dengan hartamu, atau pangkatmu, atau kemuliaanmu? Dari mana engkau mendapatkan semua itu ? Bukankah Dzat yang telah mengaruniakan kepadamu itu dapat merampasnya kembali dari tanganmu ??? Tidakkah engkau tahu bahwa Dia, Allah, memuliakan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya ? Menurunkan rezki dan mencabutnya kembali ? Bukankah Dia pula yang mengangkat derajat sebagian manusia dan merendahkan sebagian yang lain ? Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya engkau, walaupun engkau adalah seorang raja, apabila engkau menghina manusia berarti telah bemaksiyat kepada Allah dengan penghinaan itu ! Sebagaimana dikatakan Al Hasan Al Bashri : “Sesungguhnya mereka, meski suara Bighal yang mereka tunggangi berkelotak dan kuda yang mereka tunggangi indah jalannya, akan tetapi kehinaan maksiyat itu tidak lepas dari tengkuknya. Dan Allah tidak menghendaki kecuali menghinakan siapapun yang bermaksiyat kepada-Nya”.

“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorangpun yang dapat memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”. (QS. Al Hajj : 18)

Mengapa kamu membanggakan dirimu dan merendahkan orang ? Kepada orang miskin dan orang lemah ? Tidakkah engkau tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam pernah bersabda :

“Berapa banyak orang yang kusut rambutnya, berdebu wajahnya, berpakaian dua kain usang serta tidak dihiraukan manusia, akan tetapi kalau dia sudah bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah akan mengabulkan sumpahnya itu. Dan diantara mereka itu adalah Barra’ bin Malik”.[iii]

Pernah suatu ketika, kaum muslimin terjun dalam suatu pertempuran yang sengit melawan musuh. Mereka terdesak sehingga posisi mereka dalam bahaya. Maka merekapun mendatangi Barra’ dan berkata : “Hai Barra’, engkaulah yang disebut Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam dalam sabdanya : “Adakalanya seseorang yang kusut rambutnya bedebu wajahnya, akan tetapi kalau ia sudah minta kepada Allah, pasti Allah aka mengabulkan permohonannya itu”.

Kemudian Barra’ menengadah ke langit seraya mengacungkan telunjuk jarinya. Dia meminta kepada Allah supaya musuh mereka dikalahkan dalam pertempuran tersebut : “Aku minta bahu-bahu mereka”. Belum sampai tangan Barra’ turun ke bumi, musuh mereka telah mengalami kekalahan. Mereka itu adalah orang-orang yang tertolak dari semua pintu rumah orang karena rendahnya dalam pandangan mereka. Orang-orang semisal itulah yang menyelamatkan manusia dari kehancuran dan menjaga mereka dari malapetaka dan siksa Ilahi

“Sesunggunhya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan, bertaqwa lagi tersembunyi (tidak dikenal). Jika mereka itu tidak ada, maka manusia tidak ada yang merasa kehilangan. Dan jika mereka hadir maka merekapun tidak dipanggil dan dikenal orang. Hati mereka adalah lentera-lentera petunjuk yang keluar dari setiap fitnah kegelapan”. [iv]

Kemudian siapakah dirimu dalam mizan Allah ‘Azza wa Jalla ? Sudah sampaikah kepadamu hadits Al Bukhari yang menceritakan dialog antara beliau dengan salah seorang sahabatnya?.

Pada suatu ketika seorang laki-laki berjalan melintas di depan Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam. Maka beliau bertanya : “Apa komentarmu tentang orang itu?”

Sahabat tersebut menjawab : “Orang itu pantas jika meminang akan diterima pinangannya, dan apabila meminta tolong akan dikabulkan permintaannya”.

Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam diam mendengar jawaban tersebut. Kemudian ada seseorang lain yang lewat, lantas beliau bertanya lagi kepada sahabatnya yang berada di sampingnya tadi : “Apa pendapatmu tentang orang itu ?”

Sahabat itu menjawab : “Orang itu pantas jika meminang tidak akan diterima pinangannya, dan jika meminta tolong maka permintaannya itu ditolak”.

Maka Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam bersabda :

“Yang ini (orang yang kemudian) lebih baik daripada sepenuh bumi yang tadi (orang pertama)”.

Dua-duanya dari golongan sahabat … keduanya dari golongan sahabat (Yang ini lebih baik daripada sepenuh bumi yang tadi), karena segi lahir kedua orang tersebut Islam.

Tidak ada sesuatu yang nilainya lebih baik dari seribu sesuatu yang sama jenisnya kecuali manusia

//Maka, berapa banyak satu orang yang diperhitungkan sebagai seribu orang.

Dan berapa banyak seribu orang yang berlalu tanpa diperhitungkan//.

Engkau tidak akan dapati seekor kuda yang lebih baik dari seribu kuda, atau seekor onta yang lebih baik dari seribu onta, atau seekor keledai yang lebih baik dari seribu keledai. Akan tetapi manusia terkadang sebanding dengan sepenuh bumi orang yang sejenisnya.

Kemudian wahai saudaraku …. Mengapa engkau takkabur? Dan mengapa engkau ‘ujub (kagum pada diri sendiri)? Tidakkah engkau tahu bahwa maksiyat lantaran ‘ujub itu dikhawatirkan tidak terampunkan, sedangkan maksiyat lantaran hawa nafsu serta dosa-dosa itu terkadang diampunkan? Tidakkah engkau tahu bahwa Iblis bermaksiyat kepada Allah lantaran dia ‘ujub, sehingga Allah tidak mengampuninya. Sementara Adam bermaksiyat kepada Allah lantaran hawa nafsu, kendati demikian Allah mengampuninya. Berhatilah-hatilah kalian terhadap sifat sombong dan ‘ujub.

Dalam hadits shahih disebutkan :

“Tidak akan masuk Jannah, seseorang yang di dalam dirinya (hatinya) ada seberat biji dari kesombongan”. (HR. Muslim)[v]

Mengapa engkau merasa dirimu lebih tinggi daripada yang lain? Mengapa engkau mencemooh mereka? Tidakkah engkau mau mengintrospeksi dirimu sendiri? Hitunglah aibmu wahai saudaraku sebelum engkau menghitung aib orang lain. Lihatlah kekurangan dirimu sebelum engkau mencela kekurangan orang lain.

//Jika engkau ingin hidup selamat dari bahaya

Rezkimu melimpah dan kehormatan terjaga

Hendaklah lisanmu jangan sesekali engkau gunakan

Menggunjing aurat seseorang

Masing-masing kamu adalah aurat

Padahal manusia itu punya lesan

Jika nampak olehmu aib seseorang, maka katakanlah

Wahai mata ketahuilah manusia juga punya mata

Pergaulilah manusia dengan baik dan berlapang dada

Terhadap seseorang yang berlaku aniaya

Tinggalkan ia dengan cara yang bijak pula

Tidakkah engkau tahu bahwa neraka itu dikhususkan sebagai tempat orang-orang yang takabbur dan sombong.

Dan surga itu dikhususkan sebagai tempat orang-orang yang lemah ?//

Dalam hadits shahih riwayat Bukhari disebutkan :

“Berdebatlah antara Surga dan Neraka. Berkata neraka : “Aku diperuntukkan bagi orang-orang besar yang bertindak lalim”. Maka Surgapun menyahut : “Mengapa tidak masuk kepadaku kecuali orang-orang yang lemah, orang-orang rendahan dan budak sahaya?” Maka Allah Ta’ala berfirman kepada Surga : “Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku, Aku merahmati denganmu siapa saja yang Kukehendaki. Lantas Allah berfirman kepada Neraka :“Sesungguhnya engkau adalah siksaKu, Aku menyiksa denganmu siapa saja yang Kukehendaki. Dan bagi masing-masing akan Kami penuhkan”.[vi]

[i] Shahih Muslim 16/120

[ii] Hadits Shahih (lihat Al Jami’ Ash Shaghir 2968)

[iii] Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 4573

[iv] Lihat at TARghib wa Tarhib 3/44 (Shahih tak ada cacatnya)

[v] HR Muslim shahih (Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 7674)

[vi] HR. Bukhari (lihat : Shahih Al Jami’ Ash Shaghir )

Dr. Abdullah Yusuf Azzam
Post ADS 1
Banner
Banner